Segi
Manajemen
Indonesia
memilki potensi dan kekuatan dalam mengembangkan sektor kepariwisataaan,
merupakan sektor andalan yaitu, pemasukan pendapatan negara dan kesejahteraan
masyarakat adalah jumlah penduduk yang saat ini telah mencapai lebih dari angka
220 juta jiwa. Kini potensi Indonesia untuk menjadi salah satu negara tujuan
wisata utama dunia tidak lagi diasingkan atau di pandang sebelah mata. Hal ini
dikarenakan potensi pariwisata Indonesia
yang besar, terbukti dari hasil kekayaan alam, keanekaragaman budaya, dan
bahasa daerah, jumlah penduduk yang menduduki urutan ketiga terbesar di dunia,
ini merupkan alasan mengapa Indonesia dikatakan memliki potensi kekuatan yang
besar. Oleh karena itu Indonesia, berpeluang untuk menjadikan pariwisata
sebagai salah satu sektor andalan bagi pendapatan Negara dan kesejahteraan
masyarakat. Namun, keadaan saat ini posisi daya saing sektor pariwisata
Indonesia semakin menurun. Hal ini di tunjukkan oleh rendahnya index daya saing baik daya saing yang
mengindikasi bahwa masih ada kendala-kendala yang perlu ditangani, salah
satunya terkait dalam pengelolaan SDM. Menurut Travel & Tourism Competitive
Index, Indikator SDM Pariwisata Indonesia menduduki peringkat ke 42 dari 133
negara. Keunggulan Indonesia terletak pada indikator Daya Saing Harga ( Price
Competitiveness ) yang berada pada tingkat ke 3 dan prioritas terhadap industri
pariwisata ke pringkat ke 10 ( WEF, 2009 ). Di banyak negara, dalam proses perencaan
dan pengembangan kepariwisataan, pembahasan tentang SDM yang dibutuhkan dalam
hal pelayanan kegiatan kepariwisataan yang benar dan efektif seing kali
mendapat perhatian yang rendah. Dalam beberapa kasus, bahkan sama sekali
diabaikan. Hal tersebut mengakibatkan imbulnya permasalahan serius dalam
industri kepariwisataan, dan memungkinkan terhalangnya partisipasi masyarakat
setempat dalam kegiatan ekonomi yang dikembangkan dari pengembangan
kepariwisataan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai peran dan
kondisi SDM dalam industri pariwisata, maka pada pembahasan ini akan
mengidentifikasi dan merumuskan SDM pariwisata, jenis dan klasifikasinya,
peranannya terhadap perkembangan industri pariwisata, posisi daya saing dan
kebutuhan di masa yang akan datang. Dalam strategi pemasaran ada beberapa
negara yang dijadikan sebagai pasar baru bagi Indonesia, yaitu negara-negara
Cina, Timur Tengah, India, dan Rusia. Negara-negara tersebut diambil karena
mulai menunjukan pertumbuhan kunjungan wisatawan yang cukup signifikan dari
waktu ke waktu. Sejak 10 tahun terakhir jumlah kunjungan dari negara-negara
tersebut terus meningkat, dan tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi Indonesia
paska bom Bali I dan II. Selain itu, wisatawan dari negara-negara tersebut juga
memberikan konstribusi yang sangat baik daam pembelanjaan kunjungannya di
Indonesia. Sementara kontribusi tersebar dalam pembelanjaan yang terbesar
sampai terkecil yaitu Timur Tengah, Rusia, India, dan Cina. Rata-rata
pengeluaran wisatawan dari negara-negara sebagai pasar wisata yang baru bagi
Indonesia tersebut memberikan kontribusi terhadap devisa karena membelanjakan
uangnya dengan nilai yang cukup tinggi persatu kali kunjungannya. Pariwisata
merupakan sektor dengan tingkat kecepatan pertumbuhan yang sangat dinamis dalam
perekonomian global, terutama di negara-negara maju. Bahkan pariwisata telah
menjadi leading sector di banyak negara dan telah berhasil dalam mendatangkan
investasi asing, sehingga pariwisata mampu menjadi generator dalam memicu
dinamika pembangunan suatu negara. WTO ( Organisasi Pariwisata Dunia ) bahkan
telah memprediksikan bahwa pariwisata merupakan industri terbesar yang tumbuh
di abad 21 dengan perkiraan mencapai 1,6 milyar wisatawan pada tahun 2020
dengan kemampuan pembelanjaan mencapai US$ 2 triliun ( atau meningkat 5 kali
lipat dibandingkan kondisi pada tahun 2005 yang hanya mencapai US$ 445 milyar
). Dengan fenomena tersebut di atas, maka akan semakin meningkat gejolak persaingan baik pada tingkat regional
maupun iternasional. Negara-negara akan saling bersaing untuk dapat menarik
perhatian wisatawan baik dalam hal acquisition, satisfaction, dan retention. Dan
tersebut akan berimplikasi kepada posisi Indonesia dalam kancah persaingan
pariwisata dunia. Semakin disadari bahwa dinamika perkembangan kepariwisataan
mendatang akan dihadapkan pada kompetisi yang semakin ketat, baik dalam aspek
pemasaran maupun pengembangan produk. Kondisi tersebut akan terjadi di seluruh
penjuru dunia tanpa terkecuali termasuk Indonesia.
Kunjungan
Wisatawan
Pada
masa Orde Baru, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bertumbuh secara
perlahan. Pemerintah pernah
mengadakan program untuk
meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan
asing ke Indonesia. Program ini meningkatkan kunjungan turis internasional
hingga 400.000 orang. Selain itu pada tahun 1992, pemerintah mencanangkan
Dekade Kunjungan Indonesia, yaitu tema tahunan pariwisata sampai dengan tahun
2000. Kepercayaan dunia internasional terhadap pariwisata Indonesia mulai
mengalami penurunan pada insiden pengeboman Bali tahun 2002 yang menyebabkan
penurunan wisatawan yang datang ke Bali sebesar 32%. Aksi teror lainnya seperti
bom JW Marriott 2003, pengeboman Kedutaan
Besar Australia, Bom Bali 2005 dan Bom Jakarta 2009 juga mempengaruhi jumlah
kedatangan wisman ke Indonesia. Aksi terorisme di Indonesia mengakibatkan
dikeluarkannya peringatan perjalanan oleh beberapa negara seperti Australia dan
Britania Raya pada tahun 2006. Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mengadakan
program Tahun Kunjungan Indonesia 2008 untuk meningkatkan jumlah wisatawwan
nusantara dan wisatawan asing ke Indonesia, selain itu program ini sekaligus untuk
memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional Indonesia. Dana yang dikeluarkan
untuk program ini sebesar 15 juta dolar Amerika Serikat yang sebagian besar
digunakan untuk program pengiklanan dalam maupun luar negeri. Hasil dari
program ini adalah peningkatan jumlah wisatawan asing yang mencapai 6,2 juta
wisatawan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,5 juta wisatawan. Sebagai
upaya dalam meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia, Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata Indonesia melanjutkan program “Tahun Kunjungan Indonesia” di
tahun 2009 dengan target 6,4 juta wisatawan dan perolehan devisa sebesar 6,4
milyar dolar Amerika Serikat sedangkan pergerakan wisatawan nusantara (wisnu)
ditargetkan 229,95 juta perjalanan dengan total pengeluaran lebih dari 128,77
triliun rupiah. Program ini difokuskan ke “pertemuan intensif, konvensi, dan
pertunjukan serta wisata laut”.
Peran
Pemerinah dalam Perhatian Terhadap Tempat Wisata
Dalam
dasawarsa terakhir ini banyak negara berkembang menaruh perhatian yang khusus
terhadap industri pariwisata. Hal ini jelas terlihat dengan banyaknya program
pengembangan kepariwisataan di negara tersebut. Negara yang satu seolah-olah
hendak melebihi negara yang lain untuk menarik kedatangan lebih banyak
wisatawan , lebih banyak tinggal dan lebih banyak menghamburkan uangnya. Sayang
bahwa banyak program kurang masak dipertimbangkan, khususnya mengenai
keuntungan yang akan diperoleh apakah lebih besar daripada perusakan yang
ditimbulkannya. Dalam hal mencari tempat-tempat rekreasi ada kecenderungan
untuk menjadikan cahaya matahari dan laut untuk menjai daya tarik wisata.
Dengan cara demikianpotensi yang dimiliki dapat dikembangkan sebgai aktivitas
perekonomian dalam membangun kepariwisataan menjadi sesuatu yang mudah untuk
dapat menghasilkan devisa yang sifatnya quick yielding. Disamping itu kita
mengetahui, bahwa bahan baku industri pariwisata tidak akan pernah habis-habis,
sedangkan bahan baku industri lain terbatas. Untuk menggalakkan pembangunan
perekonomian dengan suatu pertumbuhan yang berimbang kepariwisataan dapat
diharapkan memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan sebagai
katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap.
Seperti terjadi pada sektor lain, kebijakan pemerintah pada sektror pariwisata
ada yang memberikan dampak langsung dan ada pula yang memberikan dampak tidak
langsung. Selain dari hal diatas ada kemungkinan suatu kebijakan ekonomi
pemerintah memberikan dampak langsung pada sektor lain tetapi dapat memberikan
dampak tidak langsung bagi sektor pariwisata. Tujuan pokok dari kebijakan
ekonomi pemerintah terhadap pariwisata adalah untuk memaksimalkan kontribusi
pariwisata terhadap ekonomi nasional. Tujuan kontribusi ini termasuk : a) optimalisasi kontribusi dalam neraca
pembayaran.
b) menyiapkan perkembangan ekonomi
regional dan neraca pembayaran regional.
c) menyiapkan tenaga kerja.
d) peningkatan dan pendistribusian
pendapatan.
e) kontribusi terhadap kesejahteraan
sosial.
f) memaksimalkan peluang pendapatan
fiscal.
Di
dalam pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana
secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi
masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan cultural.perencanaan tersebut
harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program
pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Di samping itu,
rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah,
untuk mendorong dan mengendalikan pembangunan pariwisata. Peranan pemerintah
dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan
infastruktur (tidak hanya dalam bentuk fisik), memperluas berbagai bentuk
fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta,
pengaturan dan promosi umum ke luar negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir
diseluruh daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu
diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan infrastruktur dan
sarana-sarana pariwisata. Pemerintah dalam pariwisata digambarkan sebagai
berikut :
Ø REGULASI : lisensi, perencana,
klasifikasi, system, pengupahan
Ø PENERIMAAN : pajak, retribusi
Ø PENGELUARAN : infrastruktur,
investasi, bantuan, pinjaman
Ø REDISTRIBUSI : pajak, kesejahteraan,
platihan
Ø EKONOMI : pemasok konsumen
Banyak
pemerintah memanfaatkan pariwisata sebagai :
Ø Sumber pendapatan
Ø Sumber biaya bagi sektor lain
Tetapi
dibeberapa negara pariwisata masih tidak menonjol aktivitas kegiatan sehingga
peranan dalam perolehan pendapatan tidak terperhatikan. Sebaliknya dalam rangka
otonomi daerah, pariwisata banyak diandalkan sebagai unsur utama dalam PAD.
Pajak dalam pariwisata bisa dalam bentuk :
Ø Pajak atas produk pariwisata biasa
dalam bentuk
Ø Pajak dibebankan kepada konsumen yang
bertindak wisatawan
Ø Pajak dibebankan kepada pemakai jasa
pariwisata. Beberapa negara mengatur pajak atas lalu lintas perjalanan terutama
untuk perjalanan keluar.
Ø Indonesia mengharapkan pembayaran
fiskal (hakekatanya sama dengan pajak/bagi warga negaranya yang berpergian
keluar)
Ø Paraguay dan Venezuela memberlakukan
pajakkedatangan ( arrival tour) bagi semua wisatawan.
Ø Hampir semua negara memberlakukan
pajak keberangkatan ( departure text ) dalam bentuk airport tax/harbour tax.
Dari
satu sisi pemerintah memperoleh pendapatan dari pariwisata, tetapi di sisi lain
pemerintah banyak mengeluarkan untuk pariwisata. Tiga pengeluaran besar
pemerintah bagi pariwisata adalah :
Ø Investasi dan pemeliharaan
infrastruktur
Ø Fasilitas pengembangan pariwisata
Ø Pemasaran pariwisata
Investasi
infrastruktur pada umumnya disiapkan pemerintah bagi kepentingan ekonomi
seluruh sektor tidak hanya sektor pariwisata saja. Hanya bagian kecil dalam
aktivitas pariwisata pusat maupun pemerintah daerah mendukung sepenuhnya
pengembangan pariwisata, karena melihat akan tumbuhnya pendapatan dari kegiatan
pariwisata yang terwujud dari adanya pengembangan tersebut.untuk ini pemerintah
akan memberi bantuan pengeluaran bagi pengembangan pariwisata tersebut.
Pengeluaran pemerintah dalam pengembangan pariwisata :
Ø a. Pengeluaran langsung :
-subsisdi/bantuan
-partisipasi pemerintah dalam
menyeimbangkan pembangunan
-bunga bank
-bantuan bagi penelitian
-bantuan bagi pendidikan dan platihan
Ø b. Reduksi dari Realibitas : - reduksi
pajak
- bebas-pajak bagi barang/jasa tertentu
Ø c. Jaminan /Garansi : - Jaminan atas
pinjaman komersial
-Jaminan
ijin atas pekerja asing
Pengeluaran
bagi pemasaran pariwisata yang dikerjakan pemerintah, antara lain untuk :
Ø Riset dan kegiatan pemasaran (NTO)
Ø Public Relation
Ø Iklan dan promosi lainnya
Ø Komunikasi dan distribusinya
Ø Pengembangan produk